Hukum & Kriminal
Meninggal Pasca Melahirkan, Keluarga Duga Dokter Salah Diagnosa
Memontum Bangkalan – Dewi Kurniawati (29) seorang ibu muda asal Desa Glagga Kecamatan Arosbaya harus meregang nyawa pasca melahirkan putranya. Dewi yang diketahui tak mengidap suatu penyakit, meninggal usai mengalami kejang-kejang. Amir Jakfar, ayah Dewi mengaku kaget saat dokter mengatakan nyawa putrinya tak lagi tertolong. Pasalnya, kondisi putrinya mendadak drop dan tidak sadarkan diri usai operasi Caesar.
“Tadi saya masih sempat ngobrol, bercanda. Setelah operasi mendadak gak sadar bahkan sempat kejang,” ucapnya.
Amir menduga putrinya meninggal pada pukul 16.19 sore tadi (7/2/2020) karena dokter salah diagnosa. Dewi mulanya melahirkan di RSU Anna Medika dengan tindakan operasi Caesar. Kemudian, setelah mengalami kejang, ia dipindahkan ke RSUD Syamrabu untuk mendapat bantuan karena ketersediaan alat di RSU terbatas.
Saat dipindahkan ke RSUD Syamrabu, Dewi masuk ke ruang ICU. Disitulah kecurigaan keluarga terjadi. Dalam lampiran pernyataan yang harus ditandatangi pihak keluarga tersebut, Amir mengatakan tertera diagnosa dokter yang dicoret dan diganti.
“Mulanya ada diagnosa yang ditulis, itu panjang. Lalu dicoret dan diubah menjadi ketuban pecah. Berarti dokter salah diagnosa sejak awal. Kalau memang dia tau dari awal ketuban pecah kenapa harus di operasi sehingga air ketuban masuk kedalam darah,” lanjutnya.
Sementara itu, dr Desak, salah satu dokter dari RSU Anna Medika yang menangani Dewi memberikan pernyataan bahwa kondisi masuknya air ketuban kedalam pembuluh darah, rentan terjadi pada tiap ibu yang melahirkan.
“Memang pasien tidak ada riwayat penyakit apapun. Semua hasil tes normal sebelum tindakan operasi. Begitu bayi lahir, ketuban pecah ibunya kejang dan tidak sadarkan diri. Nadi turun namun tidak ada pendarahan hebat dan saat itu juga langsung ditutup,” jelasnya.
Setelah itu, pasien dirujuk ke RSUD Syamrabu kemudian dilakukan intubasi oleh dokter anastesi. Disitulah kecurigaan adanya cairan ketuban masuk dalam pembuluh darah.
“Saya curiga ada emboli cairan ketuban saat persalinan, saat bayi lahir dan ketuban pecah lalu mengalir ke pembuluh darah hingga ke otak sehingga kejang dan oksigen dalam darah menurun. Dan hal itu Itu tidak bisa di prediksi.” lanjutnya.
Ia mengaku telah memberikan seluruh upaya terbaik untuk pasien. Bahkan, seluruh bantuan nafas dan obat-obatan diberikan untuk menaikkan tensi pasien.
“Tidak sempat dilakukan pemeriksaan darah saat setelah kejang. Karena kita fokus memberi keselamatan, berupa nafas buatan dan obat-obatan supaya tensi naik. Dan kami lakukan RJPO atau bantuan nafas tapi tidak tertolong,” lanjutnya.
Ia pun meminta maaf pada pihak keluarga dan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Dewi. Meski begitu, pihak keluarga masih meyakini ada dugaan salah diagnosa sehingga penanganan yang diberikan pada Dewi kurang tepat dan menyebabkan meninggal dunia. (Isn/nhs/yan)
- Hukum & Kriminal4 tahun
Ibu Satu Anak Diperkosa 7 Berandal, Digilir 4 Jam Tanpa Henti
- Berita5 tahun
Hasil Rapid Tes Positif Belum Tentu Terinfeksi Corona, Bisa Virus Lain
- Hukum & Kriminal4 tahun
Sempat Mau Bunuh Diri, Korban Perkosaan 7 Pemuda Didampingi Psikolog
- Hukum & Kriminal4 tahun
Tragis, Korban Perkosaan Bangkalan Tewas Bunuh Diri
- Berita5 tahun
Lakukan Pelanggaran Berat, Murid SMP Kelas 3 Dikeluarkan H-2 Bulan Pelaksanaan UNBK, Nur Hasan Ketua Komisi D DPRD Bangkalan: Perlu Ada Psikolog Anak
- Pemerintahan5 tahun
Surabaya Terapkan PSBB, Suramadu Arah Surabaya Ditutup
- Pemerintahan5 tahun
Dana Bansos Diduga Direkayasa, Dewan Tantang Dinsos Bangkalan Buka Data Penerima Bantuan
- Pemerintahan5 tahun
Hasil Swab Negatif, Mahmudi Sebut Alat Rapid di Bangkalan ‘Edan’